Saturday, May 07, 2005

bErAnI MeNcObA yAnG bAru ?

Ahmad Tohari ? NH. Dini ? Remy Sylado ? Umar Kayam ? Siapa tuh ? Basi deeeeeh...Ih, 'jadul' baget lagi! Mungkin itu sepotong tanggapan yang akan kita peroleh dari kebanyakan mulut anak remaja seumuranku. Tidak semua sih, tapi tetap saja, mayoritas. Kadang aku heran dengan keterbatasan lingkup bacaan kawan - kawanku, yang hanya terbatas pada komik, komik, dan komik. Terkadang aku heran, mengapa sedikit sekali dari mereka yang pernah membaca, setidaknya Atheis, Ronggeng Dukuh Paruk, atau Namaku Hiroko. Padahal, karya - karya tersebut merupakan karya - karya populer yang sudah melegenda sejak jaman ayah ibu kita, dan hingga sekarang peminatnya tidak berkurang. Tetapi entah dengan bagi remaja masa kini yang cenderung menganggap karya - karya sastra itu jaman 'baheula', kuno, 'jadul' dan sebagainya. Jika ini terus terjadi, bisa saja novel - novel yang indah tersebut semakin kehilangan pasarannya. PAdahal, menurut pandanganku sebagai darah muda, novel - novel tersebut tidak hanya indah dipandang dari segi bahasa, namun juga dari segi pemaknaan, pengetahuan dan pesan - pesan moral yang dituturkan. Mungkin banyak orang berpikir : 'Pesan moral? Untuk apa? Hidup di jaman sekarang udah nggak perlu deh pesan - pesan moral!' Tetapi, coba bayangkan, jika semua orang berpikir seperti itu, bagaimana nasib jaman sekarang dan jaman yang akan datang? Tentu akan semakin parah dan semakin merosot moralitasnya karena semakin menurunnya kepedulian manusia terhadap pesan moral. Apalagi remaja - remaja yang nantinya akan menjadi penerus bangsa, jika sedari sekarang saja sudah banyak yang berpikir dan bersikap skeptis, maka tak dipungkiri lagi bahwa pada masa yang akan datang kita akan semakin terperosok saja. Karya sastra tidak hanya sekadar menampilkan keindahan, tetapi juga pemaknaan yang sangat luar biasa. Dalam belasan novel sastra populer yang telah aku telusuri, kesemuanya menampilkan realita hidup yang tidak naif, melainkan sangat mengena di hati dan membuat hati untuk berefleksi akan kehidupan yang telah dijalani sekarang. Dari segi pengetahuan, sebuah novel menyajikan ilmu secara kompleks, yaitu memahami kultur kebudayaan, sisi spiritualitas dan religiusitas, sejarah, sosiologi, bahasa, dan terutama pelajaran mengenai kehidupan. Dalam hidup, manusia tidak hanya butuh kompetensi dalam bidang pelajaran, keterampilan di bidang seni, elektronik, atau teknologi saja. Orang hidup butuh kemampuan untuk mengasah batin, bergaul dengan orang lain, kemampuan untuk bisa survive di saat jatuh, untuk bisa memahami karakter pribadi sesama manusi yang berbeda - beda, dan kepekaan untuk mencintai Sang Pencipta beserta segala ciptaanNya. Dan itulah yang disuguhkan sebuah karya sastra kepada kita. Itu jika kita mau untuk mencoba membaca dan menikmatinya. Percayalah, membaca itu memang menyenangkan. Tetapi jika wilayah bacaan kita itu - itu saja, maka bisa dibilang kita menyia - nyiakan kesempatan baik yang telah disodorkan pada kita. Bacalah bacaan - bacaan yang beragam, karena darinyalah kita mendapat ribuan, bahkan jutaan harta berharga yang tidak akan kita dapat jika hanya komik saja yang kita perhatikan. Mulailah berkenalan dengan karya - karya sastra populer, atau karya - karya psikologi populer, atau novel - novel thriller, misteri, atau roman, tentu saja sesuai dengan selera masing - masing. Saya percaya, jika kita mau melakukan suatu langkah awal untuk mencoba sesuatu yang baru, pasti ada harta karun yang berharga yang kita peroleh darinya. Amin.

No comments: