Tuesday, May 10, 2005

BaKat yAnG tErSeLuBunG ?

Bakat. Setahuku, bakat itu mencakup bidang - bidang tertentu seperti misalnya bakat menyanyi, bermain alat musik, akting, menulis, menari, sampai bakat memperbaiki benda - benda elektronik. Bakat - bakat seperti itulah yang aku ketahui, sampai aku membaca sebuah artikel di majalah GADIS. Artikel itu menyebutkan, bahwa bakat tidak hanya terkotak - kotak pada bidang - bidang tertentu seperti menyanyi, akting, menari, menulis, dan lain - lainnya itu tadi. Tuhan tidak hanya memberi bakat - bakat yang wujudnya keterampilan mekanis seperti itu saja, tetapi juga memberi bakat - bakat yang tidak terlihat oleh mata jasmaniah kita. Ada orang yang diberi bakat istimewa seperti bakat mendengarkan dengan baik, bakat memperhatikan yang kesusahan, bakat memberi solusi yang bijaksana, bakat menghibur di kala susah, dan bakat - bakat istimewa lainnya yang sering kita anggap sepele. Setelah kurenungkan, memang benar adanya. Banyak yang sering berkeluh kesah karena merasa tidak memiliki bakat, merasa tidak memiliki kemahiran tertentu. Beberapa temanku sering mengeluh, merasa tidak memiliki suatu bakat khusus sehingga tidak merasa memiliki sesuatu yang bisa dipertunjukkan atau dibanggakan. Padahal, sebenarnya dia memiliki kepribadian yang baik, suka menolong di saat susah dan selalu mau mendengarkan keluh kesah dengan rasa empati yang dalam. Bukankah itu juga merupakan suatu bakat yang diberikan pada manusia dari Tuhan! Aku hanya ingin berbagi, bahwa bakat itu ternyata tidak hanya merupakan suatu keahlian atau keterampilan tertentu dalam bidang tertentu seperti tari, musik dan sebagainya, melainkan bakat juga bisa merupakan keterampilan untuk mendengarkan, keterampilan untuk menolong, keterampilan untuk mengorganisir, keterampilan untuk menghibur, keterampilan untuk mendamaikan, keterampilan untuk bersikap ramah, dan segudang keterampilan yang kadang, tidak terlihat oleh mata jasmani kita. Ada orang - orang yang dikaruniai bakat - bakat yang 'terlihat', tapi banyak juga orang yang dikaruniai bakat - bakat 'tidak terlihat', ada juga yang dikaruniai keduanya. Salah satu dari orang - orang yang dikaruniai itu adalah Anda dan saya.

oLD-BooKs HunTiNg

Dua hari yang lalu, aku berburu buku di kawasan toko buku bekas di Stadion Diponegoro. Memang kawasan tersebut terkenal sebagai pusat toko buku bekas atau second-hand. Sepanjang aku tinggal di Semarang 3 tahun terakhir ini, baru sekali aku mengunjunginya, yaitu waktu mencari buku cetak Bahasa Indonesia yang yang hilang di sekolah, padahal pada akhir tahun pelajaran harus dikembalikan pada pihak sekolah. Kunjungan itu bagiku saat itu tidak begitu berkesan. Entah mengapa, kemarin lusa aku tiba - tiba ingin sekali mencari buku - buku di sana. Niatnya sih, mencari novel - novel sastra seperti Atheis ( karangan Achdiat Kartamiharja ) atau entahlah yang belum pernah kubaca. Bersama seorang temanku, aku memulai perburuan itu. Awalnya agak membingungkan, karena buku - buku di sana tertumpuk - tumpuk begitu saja sehingga sulit melihat - lihat buku yang diinginkan, apalagi kondisinya yang berdebu. Di toko pertama, aku menemukan novel Atheis tersebut, namun tidak kusangka, ternyata buku itu malah masih baru, hanya saja harganya second, yaitu Rp 18000 ( harga pasaran Rp 24000 ).Padahal, aku justru ingin mecari buku yang terbitan lama, seperti yang sering kupinjam dari perpustakaan , kira - kira terbitan tahun '80an. Setelah kubanding-bandingkan dengan toko - toko lain, ternyata kebanyakan buku - buku sastra justru merupakan terbitan baru, setidaknya tahun '90an. Aku pun urung membelinya.
Entah kenapa, aku justru ingin mengoleksi buku - buku yang terbitan lama, yang bukunya mungkin sudah menguning dan halaman - halamannya sudah tua dan rapuh. Bagiku, memiliki buku - buku seperti itu rasanya antik dan memberi kenikmatan tersendiri saat membacanya. Aneh memang. Tapi kau merasa kekunoan buku itu, bau halamannya yang khas dan kehati - hatian yang diperlukan saat membuka halaman demi halamannya itulah yang membuatku meras buku itu lebih istimewa. Bagai harta karun saja bagiku rasanya. Entahlah, mengapa perasaan seperti itu bisa muncul.
Setelah mengubek - ubek toko - toko buku di sana selama hampir 2 jama, aku pun membawa pulang 2 buah buku terbitan lama, yaitu Orang - Orang Terbahagia di Dunia ( Demos Shakarian, 1975 ) seharga Rp 5000, dan Seorang Dokter dari Losarang ( belum kubaca, yang jelas terbitan 1990 ) seharga Rp 7000. Yang menarik, kedua buku ini kuperoleh dari toko buku terakhir yang kukunjungi, dan berada di penghujung jalan. Pemiliknya sangat ramah, lain dari yang lain. Ia mengajakku mengobrol sedikit dan bahkan menawari untuk menyampulkan kedua bukuku.
Berburu buku di Stadion, menurutku lebih menarik daripada belanja buku di Gramedia. Entah mengapa, pengalaman yang kuperoleh saat itu sangat menarik dan membuatku berhasrat untuk melakukan hunting buku di sana lagi, di lain waktu. Yang jelas, untuk isi kantong, perburuan di sana lebih menentramkan.Namun bagi mereka yang lebih mengutamakan kualitas dan ketahanan buku, lain lagi ceritanya. Akan lebih baik mengoleksinya dari toko buku seperti Gramedia, karena buku yang ditawarkan lebih 'kempling' dan masih berbau tinta cetak yang masih baru.

Sunday, May 08, 2005

mEmoRi pErjALanAN ...dan YanG kUimPIkAn keMudiAn...

Semenjak masa kecilku, keluargaku sering sekali melakukan perjalanan ke luar kota, atau istilah kerennya travelling. Jangan dikira kami bertravelling sampai ke penjuru2 dunia, tidak, karena kami hanya bepergian ke daerah daerah di Pulau Jawa saja, dan itu pun kebanyakan di daerah Jawa Tengah. Sering, kami mengunjungi tempat - tempat wisata alam, baik pantai, gunung, maupun laut. Tempat - tempat lokal nan eksotis seperti Pantai Pangandaran, Pantai Teluk Penyu, Gua KArang Bolong, Gua Jatijajar, Kopeng, Pantai Ayah, Pantai Kartini, Pantai Pasir Putih, sampai Telaga Sarangan kami kunjungi. Kami juga sering berkunjung ke taman - taman rekreasi maupun kebun binatang. Raanya tidak ada kebun binatang yang belum pernah kukunjungi. Baik kebun binatang di Semarang, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Taman Safari di Bogor, sudah kami jelajahi. Begitu pula dengan berbagai taman rekreasi seperti Taman Ade Irma Suryani, Taman Rekreasi Seruling Mas, Wisata Alam Baturaden, Pancuran Tujuh, dan tempat - tempat rekreasi lain yang saking banyaknya aku sampai sulit untuk mengingat namanya. Tampaknya wisata ke tempat - tempat itu tidak spesial bagi kebanyak orang, terutama kalangan high class yang mungkin lebih memilih berwisata ke Singapura, Australia, atau malah Eropa sekalian dibandingkan bepergian ke Pantai Marina Semarang atau Benteng Pendem. Tetapi bagi keluarga kami yang sederhana sat itu, refreshing ke tempat - tempat itu sudah memberikan kenikmatan dan kepuasan batin yang tak terhitung rasanya. Mungkin tempat - tempat itu sederhana, banyak yang bilang kampungan, nggak level, dan sebagainya, namun bagi diriku pribadi, berkeliling ke tempat - tempat seperti itulah yang banyak memberikan pengalaman dan pengetahuan yang tiada tara.Selain banyak belajar mengenai alam , aku juga semakin membuka mata terhadap kultur dan budaya yang berbeda - beda di setiap tempat yang kukunjungi. Terkadang, aku sering merenung mengenai keajaiban - keajaiban semesta yang Tuhan suguhkan pada umatNya. Pemandangan alam adalah karunia tak terkira yang bisa kita nikmati, dan sering menimbulkan berbagai inspirasi. Kini, segala memori mengenai tempat - tempat yang pernah kukunjungi itu hanya tinggal berupa lembaran - lembaran foto berwarna yang sudah terkumpul ratusan lembar. Namun terkadang, lembaran - lembaran itu pun tidak memuat banyak gambaran alam yang indah dan unik tersebut. Biasa lah, pasti inginnya kami mengabadikan wajah - wajah keluarga kami ketimbang mengambil gambar laut atau pohon atau gunung beku. Sungguh aku belajar banyak dari segala pengalaman travelling ku bersama keluarga. Tidak hanya keeratan tali kekeluargaan yang kuperoleh, tetapi alam telah memberiku banyak pelajaran yang tidak akan kuperoleh dari buku - buku pelajaran di sekolah. Yang kuimpikan dan belum kesampaian sampai usia remajaku saat ini yaitu menjelajah Indonesia dan kalau bisa, dunia. Mungkin masih terlihat muluk - muluk bagiku saat ini, namun aku yakin, jika aku berani untuk bermimpi, pasti suatu saat Tuhan mau menciptakan mimpiku dalam kehidupanku yang nyata. Bagiku, sebuah perjalanan bagaikan sebuah buku yang setiap detiknya selalu memberikan pengalaman, pengetahuan, dan kenikmatan.

Saturday, May 07, 2005

My FaVouRiTe : NH DINI

Novel - novel NH Dini banyak menyiratkan kekayaan kultur yang eksotik, khususnya KULTUR JAWA. Sungguh bacaan yang indah dan penuh detail serta menimbulkan decak kagum, mengajak kitauntuk semakin menyelami kekompleksan dan keunikkan kultur yang sudah lama kita lupakan namun masih berdenyut lemah dalam kehidupan kita.
Untuk menjaga agar denyutnya jangan sampai hilang, telusurilah : Dua Dunia, (1956), Hati yang Damai (1961), Pada Sebuah Kapal (1972), Keberangkatan (1977), Sebuah Lorong di Kotaku (1978), Langit dan Bumi Sahabat Kami (1979), Padang Ilalang di Belakang Rumah (1979), Sekayu (1981), Kuncup Berseri (1982), , Pertemuan Dua hati (1986), Jalan Bandungan (1989), Tirai Menurun (1993), dan Kemayoran (2000). Selain itu, novelnya Namaku Hiroko (1977) kental dengan KULTUR JEPANG yang menarik untuk kita ketahui. Memang karya - karyanya tidak ada yang tak indah, karena itulah beliau dihargai dalam kacah dunia sastra Indonesia.
Marilah menjadi NH Dini MANIA, jangan hanya terkungkung dalam tempurung dan hanya tau jadi AFI MANIA. OK guys ?

SeMuT MeRaH, SeMuT HiTam, dAn SeeKoR GajAh

Semut rangrang merangkak di atas meja
Warnanya merah, menyala
Tunduk aku berpapasan dengannya
Hanya menangkap sekelebat sosok tegapnya
Semut rangrang merayap menengadah
Menyadari supremasinya akan dunia
Angkuh ia menatap, matanya bercahaya
Tanpa suara, hanya tatapan pongah mencela
Hitam tubuhku menyusut, mengerut, lantas menghamba
Terpaksa, pada semut merah yang perkasa
Yang tampak gagah bak pemimpin jagad raya
Ku masih tak berani mengangkat wajah
Sampai kudengar suara ' KRAK ! '
Lantas ku berpaling ke belakang
Semut merah terinjak seekor gajah.

mEnGenAnG mAsA

Tercipta antara kita
rajutan jaring tawa
sangat bebas
sangat lepas
Itulah kita
jalinan kokoh tali temali
yang biar tak seia sekata
namun sehati
dan setawa
Meski kan terbang
ke tingkap langit masing masing
benang emas kan slalu tertaut
dan mematrikan satu kata
Satu kata sejuk bagai embun pagi
dan hangat bagaikan mentari
Satu kata terukir dalam sukma
Persahabatan.

bErAnI MeNcObA yAnG bAru ?

Ahmad Tohari ? NH. Dini ? Remy Sylado ? Umar Kayam ? Siapa tuh ? Basi deeeeeh...Ih, 'jadul' baget lagi! Mungkin itu sepotong tanggapan yang akan kita peroleh dari kebanyakan mulut anak remaja seumuranku. Tidak semua sih, tapi tetap saja, mayoritas. Kadang aku heran dengan keterbatasan lingkup bacaan kawan - kawanku, yang hanya terbatas pada komik, komik, dan komik. Terkadang aku heran, mengapa sedikit sekali dari mereka yang pernah membaca, setidaknya Atheis, Ronggeng Dukuh Paruk, atau Namaku Hiroko. Padahal, karya - karya tersebut merupakan karya - karya populer yang sudah melegenda sejak jaman ayah ibu kita, dan hingga sekarang peminatnya tidak berkurang. Tetapi entah dengan bagi remaja masa kini yang cenderung menganggap karya - karya sastra itu jaman 'baheula', kuno, 'jadul' dan sebagainya. Jika ini terus terjadi, bisa saja novel - novel yang indah tersebut semakin kehilangan pasarannya. PAdahal, menurut pandanganku sebagai darah muda, novel - novel tersebut tidak hanya indah dipandang dari segi bahasa, namun juga dari segi pemaknaan, pengetahuan dan pesan - pesan moral yang dituturkan. Mungkin banyak orang berpikir : 'Pesan moral? Untuk apa? Hidup di jaman sekarang udah nggak perlu deh pesan - pesan moral!' Tetapi, coba bayangkan, jika semua orang berpikir seperti itu, bagaimana nasib jaman sekarang dan jaman yang akan datang? Tentu akan semakin parah dan semakin merosot moralitasnya karena semakin menurunnya kepedulian manusia terhadap pesan moral. Apalagi remaja - remaja yang nantinya akan menjadi penerus bangsa, jika sedari sekarang saja sudah banyak yang berpikir dan bersikap skeptis, maka tak dipungkiri lagi bahwa pada masa yang akan datang kita akan semakin terperosok saja. Karya sastra tidak hanya sekadar menampilkan keindahan, tetapi juga pemaknaan yang sangat luar biasa. Dalam belasan novel sastra populer yang telah aku telusuri, kesemuanya menampilkan realita hidup yang tidak naif, melainkan sangat mengena di hati dan membuat hati untuk berefleksi akan kehidupan yang telah dijalani sekarang. Dari segi pengetahuan, sebuah novel menyajikan ilmu secara kompleks, yaitu memahami kultur kebudayaan, sisi spiritualitas dan religiusitas, sejarah, sosiologi, bahasa, dan terutama pelajaran mengenai kehidupan. Dalam hidup, manusia tidak hanya butuh kompetensi dalam bidang pelajaran, keterampilan di bidang seni, elektronik, atau teknologi saja. Orang hidup butuh kemampuan untuk mengasah batin, bergaul dengan orang lain, kemampuan untuk bisa survive di saat jatuh, untuk bisa memahami karakter pribadi sesama manusi yang berbeda - beda, dan kepekaan untuk mencintai Sang Pencipta beserta segala ciptaanNya. Dan itulah yang disuguhkan sebuah karya sastra kepada kita. Itu jika kita mau untuk mencoba membaca dan menikmatinya. Percayalah, membaca itu memang menyenangkan. Tetapi jika wilayah bacaan kita itu - itu saja, maka bisa dibilang kita menyia - nyiakan kesempatan baik yang telah disodorkan pada kita. Bacalah bacaan - bacaan yang beragam, karena darinyalah kita mendapat ribuan, bahkan jutaan harta berharga yang tidak akan kita dapat jika hanya komik saja yang kita perhatikan. Mulailah berkenalan dengan karya - karya sastra populer, atau karya - karya psikologi populer, atau novel - novel thriller, misteri, atau roman, tentu saja sesuai dengan selera masing - masing. Saya percaya, jika kita mau melakukan suatu langkah awal untuk mencoba sesuatu yang baru, pasti ada harta karun yang berharga yang kita peroleh darinya. Amin.

wHat'S WrOnG wITh tHe Da ViNCi CodE ?

Beberapa masa yang lalu, aku disodori sebuah buku yang kabar santernya, menghebohkan. Pertama kupikir novel itu tak lebih dari sekadar novel - novel thriller yang pernah kujelajah sebelumnya. Ternyata, sejak halaman pertama, aku tak kan bisa menghentikan diri untuk terus membacanya. Awal yang cukup merayu diri untuk terus mabuk dalam lembaran lembarannya. MAsih kusangka hanya sebuah thriller biasa, sampai momen - momen itu merebak ke permukaan. Ternyata Dan Brown bermaksud menjadikannya sebagai gebrakan fanatastis dalam dunia spiritualitas. Siapa yang tak akan tercengang bila dihadapkan pada fakta ( yang diutarakan olehnya tentu saja ), bahwa Allah yang kita sembah, Yesus yang kita puja, Alkitab suci yang kita jadikan pegangan hidup sehari - hari digoyahkan eksistensinya. Sebagai umat Krisitiani yang notabene iman kerupuk ( setelah digoreng kriuk kriuk, jika didiamkan sampai lama maka melempem ), imanku pun tergoyahkan, hanya karena Dan Brown yang begitu piciknya telah menyatakan pada halaman pertama bukunya itu, bahwa segala karya seni dan keterangan yang ditulis adalah fakta. Tidak hanya hati dan iman yang goyah, aku menjadi semakin merasa ketakutan menelusuri lebih jauh lagi rentetan kalimat - kalimat yang ia gubah itu. Nalar mulai menguasai, dan iman mulai guncang, seperti yang tercetak jelas dalam sampul depan The Da Vinci Code itu sendiri : Memukau Nalar, Mengguncang Iman. Bukan salah peradaban yang memunculkan rasionalisme. Bukan salah Dan Brown kalau sekiranya iman ku terancam runtuh. Bukan salah siapa - siapa. Hanya aku yang kurang mendalami keihdupan agamis dan spiritualku lah yang patut disalahkan. Setelah bergumul dengan fisik dan mental yang lama kelamaan makin lemah, aku mencapai klimaks dan akhirnya, timbullah gebrakan pertanyaan - pertanyaan mendasar itu. Berpuluh - puluh pertanyaan bagaimana jika ini bagaimana jika itu pun muncul mendesak otakku yang saat itu semakin mendominasi saja. Hampir tak bisa memejamkan mata karena bingung, gelisah, penasaran dan takut, aku melewati malam itu dengan setengah hidup. Aku tak bisa menyangkal bahwa tampaknya aku merasakan keraguan. Keraguan akan eksistensi-Nya, sekaligus aku tak berani menghadapi keraguanku itu karena sebagian dari imanku aku masih mempercayaiNya dan takut akan reaksiNya pada keraguan dan pertannyaan yang kulontarkan itu. Aku tak menunggu lebih lama lagi, kucari literatur yang bisa meyakinkanku, baik itu dari buku, Encarta maupun internet. Dan akhirnya kutemukan suatu jawaban. Jawaban itu datang dari sebuah buku : Fakta dan Fiksi buku The Da Vinci Code. Meski dalam waktu yang singkat saja aku membacanya, hatiku bisa lega karena ternyata keraguanku itu tak beralasan. Setelah memasuki forum diskusi maya Buku The Da Vinci Code, imanku mulai bangkit dari keruntuhannya. Ternyata, ternyata dan ternyata semakin menguatkan imanku kembali. Aku pun tidak merasakan kebimbangan kembali. Lega. Kusadari, buku The Da Vinci Code ini memberi suatu pelajaran dan pengalaman batin yang sungguh berharga bagi ku, terutama dalam sisi spiritulaku. Terkadang dalam menghadapi kegoyahan iman, manusia bisa memilih dua jalan, menenggelamkannya dalam rasio, atau menghidupinya kembali dengan pimpinan iman dan Tuhan. Syukurlah aku mengambil jalan yang kedua. Meskipun sempat menggoncangkanku dan 'menggodaku', kuacungkan kedua jempolku pada Dan Brown Si Penulis Kontroversial ini, terbukti karyanya telah memberikan suau pengalaman batin dan inspirasi yang nyata dalam kehidupan. Setidaknya, dalam kehidupanku.

hOw ImPoRtAnt to ReAd

Bagiku, harta paling berharga yang pernah kumiliki adalah KEMAMPUAN UNTUK MEMBACA dan MENULIS. Membaca, adalah nafas keduaku. Bagaimana tidak ? Sejak masa kanak - kanakku, buku adalah satu - satunya media yang selalu kucintai, baik sebagai teman, guru, penghibur, pengganti ayah dan ibu. Sampai aku beranjak remaja, aku semakin menyadari kecintaanku pada sosok seorang buku. Buku lah yang membantu menumbuhkan kepribadianku dan membentuk karakterku. Buku lah yang mengawang - awangkan imajinasiku dan mewujudkan impian terliarku. Sampai detik ini, satu - satunya kegemaran ku yang kukira tak akan pernah hilang dalam sukma ku adalah membaca buku. Berbagai macam buku telah kubaca, entah itu berupa kumpulan cerpen, novel - novel berbagai tema ( percintaan, thriller, misteri, religius , ... ), baik yang fiksi maupun non fiksi, dan tentu saja, komik sebagai pemberi penghiburan di kala jenuh dan penat. Telah melahap begitu banyak buku telah membuatku kaya, setidaknya sampai pada usiaku yang masih seumur jagung ini. Kekayaanku ini kutuangkan dalam lembaran - lembaran kertas di mana aku biasa menyalurkan berbagai inspirasi dan kegelisahan hati. Maka, di sinilah babak baru dalam eksplorasiku bersama buku kumulai, menulis. Sejak kecil, aku telah terbiasa menulis diary atau buku harian, dan mengarang cerpen cerpen singkat yang naif dan imajinatif. Menjelang masa masa remajaku yang indah, kutemukan suatu kenikmatan dalam menggubah suatu puisi. Awalnya hanya satu tema, cinta. Namun beberapa masa ini, aku mulai menemukan beragam tema yang mendesak imajinasi, terutama mengenai kehidupan dan perasaan. Sekali lagi aku bersyukur karena telah kutemukan suatu euphoria yang mendalam dalam menulis rentetan kata kata yang berima dan sarat makna. Tak luput, kegemaranku merambah dalam bidang penulisan essai. Meski ringan dan temanya belum beragam karena keterbatasan pengetahuan dalam mengeksplorasi fakta - fakta, aku menikmatinya dan ingin terus menggalinya. Membaca dan menulis adalah pasangan yang kental dan tak kan kuceraikan dalam jiwaku sampai aku menyatu dengan tanah ciptaan-Nya. Dengan membaca dan menulis, kutemukan jiwaku dan seringkali menyaru...Terima kasih TUHAN untuk memberiku euphoria ini. I LOVE YOU.

mY hIstOrY

Saat aku terlahir ke dunia fana ini 17 tahun yang lalu, tepatnya hari Senin, tertanggal 22 February 1988 di Kota Kembang, kedua orangtuaku tercinta memberikan sebuah nama yang cukup indah, SHELLA HUDAYA. Singkat, namun sarat makna. Kemudian, berturut - turut aku pindah dari Bandung ke Tasikmalaya kampung halaman orangtuaku, lalu kami bermukim di sebuah kota kecil di daerah Selatan Pulau Jawa, PURWOKERTO. Sampai masa aku lepas SMP, aku tinggal di kompleks perumahan yang tidak perlu kusebutkan namanya demi menjaga kerahasiaannya ( hehehe... ). Kini aku tinggal di capital city of Central Java yang konon antik dan menarik itu, SEMARANG. Aku mengenyam pendidikan di LOYOLA COLLEGE, yang termahsyur namanya ( isn't it ? ), kelas 3 aku sekarang, siap untuk meninggalkan kungkungan kungkungan sekolah yang semakin monoton menuju ke masa kuliah yang masih penuh misteri. Hobi membaca dan menulis adalah hal yang paling berharga bagiku, dan meskipun tidak menjadikanku sebagai penulis, karena cita cita yang ingin kugapai adalah DOKTER, tetapi hanya kedua hobi itulah yang memuaskanku lahir dan batin.

Aku adalah aku, da tidak ada seorang pun yang persis seperti aku, karena Dia menciptakanku sebegitu indah dan sempurna seperti Diri Nya, sebegitu beragam dan berwarna seperti dunia.
Aku adalah aku, dan aku mencintai aku apa adanya seperti adanya aku.